March 24, 2013

Liburan ke Kantou: Persiapan (bagian 1)

Peta Jepang ©JNTO & National Geographic

日本 (Nippon, Jepang).

Juni 2011, saya diajak oleh tante saya untuk ikut berlibur ke negara ini. Setelah saya menginjakkan kaki di Jepang waktu itu, saya langsung bertekad untuk kembali lagi kesini. Akhirnya pada bulan Maret 2013 ini keinginan saya terwujud, saya bisa kembali berlibur ke Jepang. Kali ini saya menggunakan uang sendiri dan pergi 'backpack' bersama 3 orang teman saya.

Ya, saya adalah seorang yang sangat menyukai negara Jepang sejak kecil. Mulai dari anime, manga, film, musik, makanan, alam, budaya, masyarakat, sampai ke teknologinya, pokoknya saya suka banget segala aspek tentang Jepang. Bagi orang yang mengenal dekat saya, sudah bukan rahasia lagi kalau salah satu cita-cita saya adalah bisa pergi ke Jepang.

Dua tahun yang lalu, saya diajak tante saya mengunjungi Jepang dengan ikut tur yang ditawarkan oleh Panorama Tours. Seneng banget rasanya bisa mengunjungi 東京 (Toukyou, Tokyo) sampai 大阪 (Oosaka, Osaka) dalam waktu 5 hari, tapi saya juga merasa gak puas karena saya merasa 'terkekang' oleh jadwal tur, padahal masih sangat banyak hal-hal yang mau saya lihat dan lakukan di Jepang. Sampai-sampai pada waktu malam hari ketika jadwal tur sudah kosong, saya menyempatkan diri untuk keliling sendiri naik kereta. Soalnya saya pengen coba langsung transportasi umum di Jepang tetapi perjalanan tur tersebut menggunakan bis sewaan. Dengan dilatarbelakangi rasa ketidakpuasan tersebut, saya bertekad sangat kuat untuk pergi ke Jepang lagi.


Persiapan awal: Tiket pesawat

Komponen biaya termahal dalam melakukan perjalanan ke negara yang jauh adalah tiket pesawat. Harga tiket kelas ekonomi dari Jakarta, Soekarno-Hatta (CGK) ke Toukyou, Narita (NRT) pulang pergi dengan menggunakan maskapai terkemuka (contoh: Garuda Indonesia, Japan Airlines, All Nippon Airways) adalah $800-$1200. Sedangkan dengan menggunakan maskapai low-cost (contoh: AirAsia) dari Jakarta, Soekarno-Hatta (CGK) ke Toukyou, Haneda (HND) pulang pergi bisa mencapai $500-$600.

Catatan: Dalam blog ini, saya akan menggunakan ローマ字 (roomaji, tulisan latin) sesuai ejaan huruf kana nya. Sebagai contoh, mungkin banyak yang udah pada sadar, saya menulis Tōkyō sebagai Toukyou karena saya akan tulis bunyi "ō" panjang dengan "ou". Saya orangnya OCD, dan mau bikin seluruh roomaji disini sesuai standar yang saya inginkan. Mudah-mudahan gak bikin bingung ya, mohon maklum atas ketidaknyamanannya, hehe... :)

Pertengahan tahun 2012 yang lalu, Garuda Indonesia menawarkan promo tiket pesawat murah dengan syarat harus melakukan pembelian tiket di muka minimal 6 bulan sebelum tanggal keberangkatan. Salah satu tujuan promo tersebut adalah Toukyou dengan biaya $458 (sekitar Rp4.300.000). Tanpa pikir panjang saya langsung ajak Aan, teman saya dari komunitas Suara Transjakarta, yang tertarik banget pergi ke Jepang karena liat foto-foto saya waktu kesana tahun 2011. Saya kemudian juga mengajak teman sekolah saya, Micky, alasan yang pertama karena jam terbangnya bepergian backpack ke berbagai negara sangat tinggi, kedua karena dia sama-sama menggemari budaya Jepang dan kemampuan bahasa Jepangnya juga jauh lebih baik dari saya. Sebelum perjalanan ini, Micky udah pernah 2 kali pergi ke Jepang. Micky lalu juga mengajak temannya sesama guru musik, yaitu Kesthi. Ternyata Kesthi dan Aan rumahnya saling berdekatan, haha... It's a small world after all :D

Sebelum beli tiket, kita harus menentukan dulu dengan matang tanggal keberangkatan karena untuk tiket promo seperti ini gak diperkenankan untuk mengubah tanggal ataupun melakukan refund. Sebagai informasi, durasi tinggal maksimal untuk pemegang visa Jepang dari Indonesia untuk sekali kunjungan di Jepang hanya 15 hari, jadi jangan memesan tiket pulang melebihi 15 hari dari tanggal kedatangan.

Jepang adalah negeri empat musim, masing-masing memiliki keunikannya tersendiri. Musim dingin (Desember-Februari) dengan saljunya, musim semi (Maret-Mei) dengan bunga sakuranya, musim panas (Juni-Agustus) dengan berbagai macam 祭り (matsuri, festival) nya, dan musim gugur (September-November) dengan warna-warni rimbunan dedaunannya. Waktu saya pergi ke Jepang bulan Juni 2011 saat musim panas rasanya kurang spesial soalnya saya ikut tur dan gak bisa lihat matsuri yang jadi keunikan musim panas.

Berbagai bunga mekar di 北の丸公園 (Kitanomaru Kouen) pada musim semi

Rencana awalnya, saya ingin pergi ke Jepang sekitar bulan April yang bertepatan dengan musim semi. Tapi karena saya juga ajak 3 orang lainnya, kami harus memutuskan tanggal berapa yang memungkinkan semuanya bisa ikut. Aan yang masih kuliah studi S1 gak bisa berangkat bulan April, soalnya akan bentrok dengan ujian tengah semester ke-6 nya. Dan kami bertiga (saya, Micky, Kesthi) juga harus menyesuaikan dengan jadwal pekerjaan. Saya sendiri hanya bisa mengambil cuti berturut-turut (block leave) maksimal 5 hari. Setelah pembahasan yang panjang, akhirnya diputuskan bahwa kami akan bepergian pada Sabtu, 9 Maret 2013 (jam 23:15 berangkat dari Soekarno-Hatta) sampai dengan Senin, 18 Maret 2013 (jam 12:00 pulang dari Narita). Saya pun langsung booking tiket tersebut secepatnya, takut kursinya keburu penuh.

Pembuatan visa

Visa Jepang

Selain paspor, syarat bagi warga negara Indonesia untuk dapat masuk ke negara Jepang adalah harus memiliki visa Jepang. Seperti yang tertulis pada situs Kedutaan Besar Jepang di Indonesia, visa adalah sebuah rekomendasi yang diberikan kepada warga negara asing untuk dapat masuk ke negara Jepang. Jadi belum tentu seorang yang telah memiliki visa bisa masuk ke Jepang, keputusan terakhir berada pada pihak imigrasi di bandara/pelabuhan di Jepang. Tapi jangan takut, kalau kita gak punya riwayat kejahatan atau gak membawa barang-barang terlarang, 99% kita akan bisa masuk ke Jepang dengan lancar :)

Oh iya, sebelum membuat visa, perlu diketahui bahwa masa berlaku visa untuk warga negara Indonesia yaitu hanya sampai 3 bulan setelah tanggal pembuatan visa. Jadi jangan membuat visa lebih awal dari 3 bulan sebelum tanggal keberangkatan, karena percuma aja, masa berlaku visanya pasti akan habis dan sia-sia uang yang kita keluarkan untuk bikin visa. Sebagai contoh, karena saya akan sampai di Jepang pada 10 Maret 2013, saya harus membuat visa setelah tanggal 10 Desember 2012 (tiga bulan sebelum tanggal mendarat di Jepang). Apabila saya bikinnya sebelum tanggal itu, misalnya 9 Desember 2012, visa tersebut hanya akan berlaku sampai 9 Maret 2013 dan saya gak akan diizinkan masuk oleh pihak imigrasi Jepang pada tanggal 10 Maret 2013.

Persyaratan pembuatan visa bisa langsung dilihat di situs Kedutaan Besar Jepang. Ada berbagai jenis visa yang tercantum disitu. Karena saya melakukan perjalanan wisata dengan biaya sendiri, saya akan jelaskan tentang visa kunjungan sementara untuk tujuan wisata dengan biaya sendiri.

Untuk poin 1, 3, 4, dan 5 saya rasa udah jelas banget. Kita gak akan bisa bepergian ke luar negeri tanpa paspor, jadi bagi yang belum memiliki paspor bisa membuatnya di kantor imigrasi setempat berdasarkan domisili di KTP masing-masing. KTP dan Kartu Mahasiswa (bagi yang masih kuliah) tinggal difotokopi. Begitu juga bukti pembelian tiket pesawat (tertulis nama lengkap yang sesuai dengan nama pada paspor dan juga tanggal kedatangan dan kepulangan di Jepang) yang harus diprint di kertas.

Untuk poin 2, kita diharuskan untuk mengunduh formulir berupa file PDF lalu mengisinya dengan lengkap. File PDF ini bisa langsung diketik dari komputer menggunakan Adobe Reader. Pada saat mengisi formulir ini, kita akan sadar bahwa kita tidak akan bisa melengkapi isian "Names and addresses of hotels or persons with whom applicant intends to stay" apabila kita tidak memiliki tempat untuk menetap di Jepang. Ya, untuk mendapatkan visa Jepang, seseorang diharuskan untuk memiliki tempat menetap, seperti hotel. Kita dapat memesannya di situs-situs seperti AgodaHostelworld, dan lain-lain. Setelah melalui berbagai pertimbangan dari budget, lokasi, hingga fasilitas, kami memutuskan bahwa tempat yang akan kami jadikan sebagai tempat menginap adalah 東京バックパッカーズ (Toukyou Bakkupakkaazu, Tokyo Backpackers). Alasan kami memilih Toukyou Backpackers sebagai tempat penginapan beserta review lengkap untuk hostel ini akan saya tulis pada bagian ke-4 dari tulisan ini.

Poin 6, 7, dan 8 berhubungan dengan biaya-biaya perjalanan selama di Jepang. Banyak yang nanya berapa saldo minimum rekening tabungan agar aplikasi visa kita bisa diterima, karena di situs Kedutaan Besar Jepang tidak ada keterangannya. Jawabannya memang tidak ada, karena saldo rekening tabungan kita akan disesuaikan dengan jadwal perjalanan (itinerary) yang kita buat di poin 6. Kalau kita buat itinerary yang mewah, misalnya perjalanan seminggu berpindah-pindah kota dari Toukyou-Yokohama-Nagoya-Kyouto-Oosaka-Fukuoka dengan juga mengunjungi Disneyland & Disneysea, jangan harap aplikasi visa akan diterima dengan saldo di tabungan hanya sebanyak Rp3 juta. Jadwal perjalanan tersebut kita ketik di formulir berupa file DOC yang juga dapat diunduh disitu. Pokoknya buat aja jadwal tersebut dengan simpel tetapi bisa dengan jelas dimengerti. Contohnya: 10 Maret - Ueno, Tokyo Skytree, Akihabara; 11 Maret - Tokyo Disneyland; dan seterusnya.

Apabila penanggungjawab biaya selama di Jepang bukan atas nama pemohon, seperti Aan yang dibiayai oleh orangtuanya, maka harus dilampirkan fotokopi dokumen yang bisa menunjukkan hubungan keluarga dengan pemohon, misalnya akta lahir dan kartu keluarga.

Kami memutuskan untuk berwisata hanya di daerah 関東 (Kantou, Kanto), yaitu daerah tenggara pulau 本州 (Honshuu, Honshu) yang meliputi Toukyou dan wilayah-wilayah di sekitarnya. Selain karena keterbatasan budget yang kami miliki, daerah Kantou juga sebenarnya memiliki segudang tempat wisata yang tidak akan habis dikunjungi dalam waktu satu minggu. Dan terbukti, sampai dengan akhir liburan ini saya gak bisa menyelesaikan 100% jadwal yang saya buat :(

Perkiraan biaya yang kami akan keluarkan disana adalah ¥10000 per hari (sekitar Rp1.000.000). Jadi kami harus memiliki saldo di tabungan sebanyak Rp1.000.000 × 8 hari = Rp8.000.000. Dibulatkan dikit deh ke atas buat tambahan biaya-biaya tak terduga, jadi uang yang ada di tabungan kami sebanyak Rp10.000.000, begitu pula uang yang nantinya akan kami bawa ke Jepang sebesar ¥100000. Bukti saldo di tabungan harus mencakup riwayat saldo untuk 3 bulan terakhir. Ini bisa difotokopi dari buku tabungan atau rekening koran, atau bisa juga tinggal print dari riwayat saldo pada internet banking.

Jangan lupa juga untuk mengeprint SEMUA bukti biaya yang sudah kita keluarkan untuk perjalanan ini, contohnya biaya booking tempat penginapan, bukti pembelian (preorder) tiket tempat wisata disana, bukti pembelian Japan Rail Pass, dan lain-lain. Tempatkan di poin ke-8.

Masih ada satu lagi persyaratan visa Jepang yang menurut saya sangat penting tetapi tidak tercantum pada situs Kedutaan Besar Jepang, yaitu surat sponsor dari perusahaan tempat bekerja (atau surat keterangan dari orangtua bagi yang masih sekolah/kuliah). Surat tersebut diketik dalam bahasa Inggris dan ditujukan kepada Kedutaan Besar Jepang di Indonesia. Inti dari surat sponsor ini berisi bahwa: (1) pemohon akan pergi ke Jepang menggunakan uang pribadinya; (2) selama di Jepang pemohon tidak akan menetap ataupun mencari pekerjaan; dan (3) setelah masa liburan berakhir, pemohon akan langsung kembali ke Indonesia. Surat ini diprint dengan kop surat perusahaan, ditandatangani oleh pejabat HRD (atau pejabat lain yang berwenang) dan juga dilengkapi cap/stempel perusahaan.

Apabila sudah lengkap, seluruh dokumen tersebut disusun sesuai urutan 1-8 yang tercantum pada situs. Surat sponsor bisa diletakkan di urutan paling belakang. Kami kemudian pergi ke Kedutaan Besar Jepang di Jakarta pada tanggal 23 Januari 2013. Kedutaan Besar Jepang di Jakarta terletak di pusat kota, yaitu di Bunderan HI, kita bisa menggunakan semua angkutan umum yang lewat Bunderan HI. Bangunannya dari luar terlihat seperti benteng, diapit di antara Plaza Indonesia dan EX.

Pengajuan visa hanya bisa dilakukan pada hari kerja, jam 08:30-12:00, oleh pemohon yang bersangkutan. Tinggal bilang ke satpam di depan Kedutaan, nanti kita akan dibukakan pintu masuk ke ruang pelayanan visa, tentunya dengan pemeriksaan barang bawaan terlebih dahulu. Di ruang pelayanan visa kita ambil nomor antrian, setelah dipanggil kita serahkan paspor asli beserta seluruh dokumen yang dibutuhkan ke petugas di loket. Kalau masih ada persyaratan yang belum lengkap, dokumen tidak akan diterima dan kita akan disuruh kembali lagi lain waktu dengan melengkapinya terlebih dahulu. Tetapi kalau sudah lengkap, petugas akan bilang untuk kembali pada tanggal tertentu (proses normalnya 4 hari kerja) dan kita akan diberikan tanda terima. Cepet banget kok, dokumen saya dicek gak sampai 5 menit (asalkan udah lengkap ya)...

Tanggal 29 Januari 2013, saya kembali ke Kedutaan Besar Jepang di Jakarta. Untuk pengambilan visa juga hanya bisa dilakukan pada hari kerja, tetapi pada jam 13:30-15:00. Pengambilan visa dilakukan di ruang yang sama. Kita hanya tinggal memberikan tanda terima ke petugas (bisa diwakilkan oleh siapapun, asalkan membawa bukti tanda terima asli), lalu membayar biaya pembuatan visa sebesar Rp350.000. Waktu saya dan Aan mengambil visa pada hari itu, sempet kaget karena petugasnya bilang Aan gak perlu bayar, saya kira visanya gagal dibuat. Ternyata bagi para pelajar/mahasiswa yang belum bekerja, biaya pembuatan visa digratiskan, lumayan banget buat Aan karena bisa buat nambah uang saku disana ^_^

Perencanaan perjalanan

Lega rasanya setelah visa berhasil dibuat, berarti tinggal menunggu hari keberangkatan ke Jepang. Langkah berikutnya adalah merencanakan perjalanan, mau ngapain aja sih kami selama 8 hari disana? Setiap hari harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya, kita udah ngeluarin uang banyak untuk berwisata ke Jepang, sayang banget kan kalau waktu tersebut kita habiskan dengan santai di penginapan...

Dalam merencanakan perjalanan ini, sebelum berangkat saya sudah membuat semacam timetable beserta detail perjalanannya, bisa dilihat disini untuk yang mau tau lebih jelasnya.

Salah satu hal yang terpenting untuk direncanakan adalah mengenai transportasi. Bagaimana cara kita akan bepergian ke berbagai obyek wisata, berapa lama perjalanannya, dan berapa harganya? Di timetable yang saya buat tersebut, saya berusaha untuk mengelompokkan obyek wisata yang letaknya berdekatan, biar gak banyak waktu yang terbuang di perjalanan dan juga biaya transportasi dapat ditekan. Beruntung, segala informasi yang tersedia di internet mengenai transportasi umum di Jepang sangat lengkap, saya sama sekali gak kesulitan cari tahunya.

Contoh pencarian Hyperdia dari 南千住 (Minamisenju) ke 三鷹 (Mitaka)

Ada satu aplikasi yang sangat membantu perjalanan dengan menggunakan kereta di Jepang, yaitu Hyperdia. Aplikasi ini juga bisa diunduh di Google Play Store untuk Android atau iTunes Store untuk iPhone/iPad. Kita tinggal memasukkan nama stasiun asal dan tujuan, bisa dalam roomaji atau kanji, dan aplikasi ini akan menghitung jumlah waktu perjalanan, dimana harus transit, beserta biayanya. Bahkan aplikasi ini juga bisa menambahkan biaya seat reservation apabila kita akan naik Green Car atau Shinkansen. Tetapi agar aplikasi ini dapat berfungsi, akses data pada jaringan operator ponsel harus aktif selama di Jepang.

Bagi yang akan sering melakukan perjalanan jarak jauh menggunakan kereta dengan operator JR (dibaca Je-Ar, singkatan dari Japan Railways Group), akan sangat berguna untuk membeli ジャパンレールパス (Japan Rail Pass, biasa disebut JR Pass). JR Pass adalah tiket yang memungkinkan pemegangnya menaiki seluruh moda transportasi yang dioperasikan JR tanpa batas. JR Pass hanya dijual untuk warga negara asing yang akan melakukan perjalanan sementara (terlihat pada status di visa yaitu "temporary visitor"). Di Indonesia, JR Pass dijual oleh ジャラン ツアー (JALAN TOUR). Harga JR Pass dimulai dari ¥28300 untuk lama perjalanan 7 hari dengan menggunakan kereta standar (non-Green Car). Sesampainya di Jepang, receipt pembelian JR Pass tersebut bisa ditukarkan di みどりの窓口 (Midori no Madoguchi, artinya "jendela loket hijau" yaitu sebutan bagi kantor JR di stasiun) dengan menunjukkan paspor kita.

Dalam perjalanan ini, kami tidak membeli JR Pass karena kami tidak selalu menggunakan JR untuk bepergian di daerah Kantou. JR Pass tidak dapat digunakan untuk kereta yang dioperasikan oleh operator selain JR. Di daerah metropolitan Toukyou saja ada banyak sekali operator selain JR, contohnya 東京メトロ (Toukyou Metoro, Tokyo Metro) yang mengoperasikan 9 jalur subway; 都営 (Toei) yang mengoperasikan 4 jalur subway; 東武 (Toubu) yang mengoperasikan スカイツリーライン (Skytree Line); 小田急 (Odakyuu) yang mengoperasikan 小田原線 (Odawarasen) dan 江ノ島線 (Enoshimasen); 京成 (Keisei) yang mengoperasikan 京成本線 (Keisei Honsen) dan 押上線 (Oshiagesen), dan masih banyaaak lagi... Untuk lebih lengkapnya tentang berbagai macam operator transportasi ini akan saya jelaskan lebih lanjut di tulisan bagian berikutnya.

Selain itu kita juga harus mengetahui jam operasional obyek wisata yang akan kita kunjungi beserta harga tiketnya. Sebagai informasi, jam operasional tempat-tempat wisata di Jepang biasanya dimulai dari 09:00 atau 10:00. Kebanyakan museum dan taman akan tutup pada jam 18:00, dengan penjualan tiket terakhir pada jam 16:00 atau 17:00. Pusat perbelanjaan dan pertokoan akan tutup pada jam 20:00, kecuali pada hari libur. Dari hasil pantauan saya selama disana, diatas jam 20:00 hampir gak ada aktivitas jual-beli di berbagai distrik perbelanjaan seperti 秋葉原 (Akihabara) atau 渋谷 (Shibuya) karena toko-toko sudah tutup, kecuali untuk restoran/tempat makan yang masih buka sampai larut malam. Sedangkan tempat favorit turis seperti 東京ディズニーランド (Tokyo Disneyland), 東京ディズニーシー (Tokyo Disneysea), 東京スカイツリー (Tokyo Skytree) tutup pada 22:00. Beberapa obyek wisata juga tutup pada hari-hari tertentu.

Oleh karena itu, jadwal yang saya buat semuanya berkisar antara jam 09:00 sampai dengan 21:00. Kenapa saya gak bikin jadwal yang full seharian biar lebih puas? Faktor kesehatan tubuh juga jadi pertimbangan. Untuk menyelesaikan jadwal yang saya buat, dibutuhkan stamina yang tinggi karena perjalanan harus dilakukan dengan berjalan kaki sangat jauh. Kami biasanya tidur di hostel sekitar jam 23:00 dan bangun jam 07:00, berarti waktu tidurnya pas 8 jam. Dengan waktu istirahat yang normal tersebut pun, masih ada yang mengeluh terlalu capek jalan, padahal di tengah-tengah perjalanan juga udah sering istirahat, apalagi kalau saya makin perpanjang jadwalnya? ;)

Jadi intinya, carilah informasi yang lengkap dan rencanakan juga jadwal dengan sebaik-baiknya agar kita bisa berlibur dengan puas di Jepang.

Barang bawaan

Saya pergi ke Jepang pada bulan Maret. Walaupun bulan Maret sudah masuk musim semi, tetapi suhu di daerah Toukyou masih sangat dingin, rata-rata berkisar antara 5,6-13,3°C. Bandingkan dengan suhu terdingin di Jakarta yang rata-rata 'hanya' berkisar antara 24,2-31,5°C di bulan Januari. Jadi, selain pakaian standar (baju, celana, pakaian dalam), saya juga akan membawa baju dalam panjang, jaket wol, syal, dan sarung tangan agar gak kedinginan. Keliatannya agak berlebihan, tapi saya lebih baik bawa perlengkapan yang cukup memberatkan koper daripada ambil resiko kedinginan. Lagian badan saya juga kecil dan saya juga belum pernah merasakan musim dingin, haha... Better safe than sorry, right? :)

Karena saya akan tinggal di hostel yang harganya sangat murah (bahkan untuk ukuran Indonesia), jadi saya juga harus membawa perlengkapan mandi sendiri seperti handuk, sabun, sampo, sikat gigi, dan pasta gigi.

Oh iya, apabila berencana untuk menitipkan koper di loker koin, seperti yang kami lakukan pada hari pertama (akan saya jelaskan di bagian ketiga tulisan ini), pastikan untuk tidak membawa koper/tas dengan ukuran yang melebihi ukuran loker. Sebenarnya ada sih loker koin yang ukurannya besar, tapi loker ini sangat jarang dan biasanya sudah terisi penuh oleh orang lain menjelang siang hari.

Google Maps akan sangat mempermudah perjalanan di Jepang. Peta di atas adalah peta 新宿駅 (Shinjukueki, Stasiun Shinjuku) dimana kita bisa melihat lokasi persis toko pada tiap lantai stasiun.

Saya juga sangat membutuhkan layanan data di Jepang untuk ponsel saya. Tujuannya agar saya bisa sangat mudah mencari tempat tujuan saya dengan Google Maps. Walaupun banyak koneksi wi-fi di seluruh Jepang, tapi hampir seluruhnya dipassword, jadi tetap aja gak bisa dipakai. Agar ponsel kita dapat berfungsi di Jepang, pertama pastikan bahwa ponsel yang kita gunakan sudah mendukung 3G, karena ponsel dibawah 3G gak akan berfungsi akibat jaringannya sudah tidak didukung. Setelah itu, lihat informasi di situs operator seluler yang kita pakai beserta tarifnya agar ponsel kita bisa berfungsi di Jepang. Saya pakai kartu pascabayar XL yang memberikan fasilitas gratis layanan data di Jepang untuk 3 hari. Di Jepang, saya pikir kecepatan internetnya juga akan berubah jadi cepat, ternyata sama aja dibatasin kecepatannya lambat kayak di Indonesia :( Padahal kalo internetnya cepet, saya udah niat mau hajar download sebanyak-banyaknya... :P

Apabila tarif layanan data dirasa terlalu mahal, jangan kuatir. Kita bisa menggunakan cara lama, yaitu dengan print di kertas berbagai peta dan petunjuk tentang tempat yang akan kita kunjungi. Bahkan saya juga tetap print jadwal perjalanan saya karena baca jadwal di kertas jauh lebih mudah dibanding harus buka filenya di ponsel, lagian saya juga harus menghemat baterai ponsel agar tahan seharian.

Untuk keperluan dokumentasi, sebelum berangkat jangan lupa untuk mengosongkan memory card ponsel/kamera yang mau digunakan, sangat penting apalagi bagi para orang-orang yang hobinya foto-foto di semua obyek, hehe... Pada perjalanan saya ke Jepang kali ini, saya gak terlalu banyak mengambil foto, karena saya ingin benar-benar menikmati suasana di Jepang tanpa harus terganggu dengan kegiatan tersebut. Sama halnya kalau saya nonton konser musik, saya lebih memilih untuk ikut bernyanyi dan larut dalam suasana konser, bukannya sibuk ambil foto artisnya. Ada yang tanya, sayang banget saya pergi jauh-jauh tapi gak ada bukti fotonya. Jawaban saya: "Pengalaman terbaik dirasakan oleh panca indera, bukan oleh kamera. Kenangan terbaik tersimpan di dalam otak, bukan di dalam gambar." Lagian tujuan saya juga bukan ingin pamer bahwa saya udah pernah ke Jepang dengan berfoto di tiap obyek, kalo gitu sih gak akan ada habisnya karena menurut saya semua obyek di Jepang itu menarik. Bagi saya yang terpenting adalah saya bisa menceritakan melalui tulisan ini bahwa Jepang adalah negara yang luar biasa untuk dikunjungi oleh siapa saja ^_^

Converter colokan listrik ke bentuk pipih untuk di Jepang

Perlu diketahui bahwa colokan listrik di Jepang berbeda dengan di Indonesia. Di Jepang colokan listriknya berupa dua pin tetapi dengan bentuk pipih. Oleh karena itu, jangan lupa untuk bawa converter agar baterai ponsel/kamera bisa tetap dicharge selama disana.

Perlengkapan lain yang perlu dibawa adalah payung, sangat berguna untuk tetap melanjutkan perjalanan apabila hari hujan. Selain itu bawa juga pulpen dan notes kecil, berguna untuk menuliskan dokumen imigrasi diatas pesawat, dan juga untuk mencatat berbagai hutang piutang soalnya transaksi biasanya dibayarkan dengan uang satu orang.

Berikutnya, buat semacam daftar checklist kecil untuk barang-barang yang akan dibeli disana, beserta lokasi tokonya dan patokan lokasinya. Jujur aja, saya gak akan mau dititipin oleh-oleh sama orang yang cuma bilang minta beliin barang ini tanpa kasih tau lokasi tokonya. Toukyou adalah daerah metropolitan yang sangat luas dengan jumlah penduduk terbanyak, sangat sulit untuk menemukan suatu alamat apabila kita gak tau patokannya, dan saya gak mau menghabiskan waktu saya di Jepang karena sibuk cari toko tempat jualan oleh-oleh. Sekedar informasi, toko-toko di Jepang sangat banyak yang lokasinya tersembunyi di celah kecil antara gedung, di balik gang, atau di basement paling bawah suatu stasiun.

Yang terakhir, jangan lupa membawa paspor, tiket pesawat, dan uang dalam bentuk Yen (ditulis dalam simbol ¥ atau biasa ditulis dengan kanji 円 (en) di Jepang) agar gak perlu repot lagi mencari tempat penukaran uang disana. Kurs Yen pada saat saya berangkat yaitu ¥1 = Rp104, gak terlalu susah buat ubah angkanya kedalam Rupiah, cukup tambahin dua angka nol di belakang nilai Yen nya.

Repot ya persiapannya? Ya begitulah, namanya juga pergi dengan usaha sendiri. Tapi kan pas sampai di Jepang kita tinggal melakukan apa yang sudah kita rencanakan, gak bingung lagi mau ngapain dan kemana, seperti kata peribahasa "bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian"... Kalau pengen jalan-jalan ke luar negeri dan gak mau direpotkan dengan berbagai persiapan, saya cuma bisa saranin agar pergi pake tur, jadi segalanya udah disiapin oleh pengelola turnya, kita tinggal berangkat aja, hehe...

Penutup

Sebagai penutup dari bagian pertama ini, saya mau memberitahukan alasan kenapa saya begitu cinta dengan Jepang. Dari kecil kehidupan saya sudah dipenuhi oleh hal-hal yang diproduksi oleh Jepang, mulai dari manga, video game, anime, film, musik, dan masih banyak lagi. Saya gak bisa membayangkan seperti apa hidup saya kalau gak ada berbagai macam hiburan dari Jepang tersebut. Karena sebagian besar hiburan tersebut saya unduh dengan 'gratis', saya juga sangat merasa bersalah. Oleh karena itu, saya banyak berhutang budi kepada negara ini, saya akan pergi ke Jepang dan menghabiskan uang saya dengan membeli barang-barang original disana sebagai tanda bahwa saya sangat mendukung industri Jepang agar terus maju. Saya membuat tulisan ini sebagai rasa terima kasih saya kepada Jepang, dan juga berharap agar semua yang membacanya ikut tertarik dengan Jepang, syukur-syukur kalo sampe bisa tergerak untuk terbang kesana juga :) Akhir kata, selamat menikmati tulisan perjalanan saya selama di Jepang ini, mohon maaf sebelumnya kalau ada kesalahan kata-kata atau kalau ada yang dirasakan menyinggung.

Catatan: Bagi yang penasaran dengan foto-foto lengkap perjalanan saya selama di Jepang, silakan lihat di album foto Facebook nya Micky, Aan, dan Kesthi. Hasil pekerjaan pemotretan mereka jauh lebih bagus daripada hasil saya :)

Bersambung ke bagian 2...

3 comments:

  1. Wah, lengkap juga nih. Kemaren PKL ga sempet nanya soal beginian, gue share boleh ya? :))

    ReplyDelete
    Replies
    1. Silakan... Kalo gak boleh dishare, gak mungkin lah gw tulis di blog, haha :)

      Oh iya, kemungkinan setiap bagian tulisan ini baru bisa gw selesaiin tiap minggu, gak ada waktu sih ngetiknya gara-gara sibuk kerja... Jadi targetnya 8 minggu lagi harus kelar semuanya, ditunggu aja ya! ^_^

      Delete
  2. It's ok, Bro! I know what it feels like~ XD

    ReplyDelete